Programmable Search Engine requires JavaScript

JavaScript is either disabled or not supported by your browser. To use Programmable Search Engine, enable JavaScript by changing your browser options and reloading this page.

Capaian Pembelajaran Bahasa Korea dan Contoh ATP SD-SMA

Capaian Pembelajaran

Capaian Pembelajaran (CP) Bahasa Korea SD-SMA dalam kurikulum merdeka belajar berisi keterampilan yang harus diselesaikan peserta didik di setiap tahap. Capaian Pembelajaran Bahasa Korea selanjutnya digunakan untuk menentukan tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Alur Tujuan Pembelajaran (ATP).

Alur Tujuan Pembelajaran

Modul Ajar

Rasional

Bahasa Korea (한국어) adalah bahasa yang digunakan di Semenanjung Korea. Saat ini terdapat sekitar 78 juta penutur bahasa Korea di seluruh dunia termasuk kelompok-kelompok besar di Amerika Serikat, Kanada, dan Jepang. Bahasa Korea menjadi salah satu bahasa yang paling diminati di seluruh dunia setelah merebaknya gelombang budaya Korea “Hallyu”. Berdasarkan National Institute of Korean Language, lonjakan bahasa Korea disebut dengan “most widely spoken language” di dunia. Hal tersebut dapat terlihat dari meningkatnya rangking bahasa Korea pada tahun 2014, dari sebelumnya di rangking 18 menjadi ke 13.

“Hallyu” mewabah di banyak negara termasuk Indonesia. Di awal tahun 2000-an, kebudayaan Korea masuk ke Indonesia berupa K-drama, K-movie, dan K-Pop. Sejak saat itu, bukan hanya entertainment yang masuk dari Korea tetapi mencakup pariwisata, makanan, dan kosmetik, bahkan pakaian ala Korea pun makin disukai oleh orang Indonesia. Kerjasama Indonesia-Korea di bidang ekonomi juga meningkat tajam. Banyak perusahaan Korea membuka kantor atau pabriknya di Indonesia. Oleh karena itu, SDM yang mampu berbahasa Korea semakin dibutuhkan. Tidak mengherankan bila masyarakat Indonesia semakin tertarik untuk dapat belajar bahasa Korea, baik di Indonesia maupun di Korea. Pendaftar ujian TOPIK (Test of proficiency in Korean), yang menjadi salah satu syarat untuk mendaftar kuliah di Korea, juga semakin meningkat, dan peserta ujian EPS-TOPIK (Employment Permit System- Test of Proficiency in Korean) untuk syarat bekerja di Korea dalam bidang manufaktur, kontruksi, pertanian, dan perikanan juga ramai peminat.

Indonesia dan Korea Selatan telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) saat Presiden Lee Myung Bak berkunjung ke Jakarta pada tahun 2009. Bentuk kerja sama dalam MoU tersebut adalah proyek penelitian bersama, pertukaran pengajar, peserta didik, peneliti dan ahli lainnya, pertukaran informasi, pertemuan berkala, konferensi, seminar, pameran, pertukaran bahan-bahan yang diperlukan, pendirian pusat riset pendidikan atau pelatihan, dan bentuk kerja sama pendidikan lainnya (KBRI Seoul, Korea Selatan). Dalam sistem pendidikan di Indonesia, sejak tahun 2013, bahasa Korea telah ditetapkan sebagai salah satu mata pelajaran peminatan bahasa asing oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Hal tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Sistem penulisan bahasa Korea disebut Hangeul, merupakan sistem yang silabik dan fonetik. Huruf ini dikenalkan oleh Raja Sejong pada abad ke-15, dikenal sebagai Hunmin Jeongeum. Awalnya Hangeul dipakai oleh orang-orang tidak berpendidikan, wanita, dan anak-anak. Namun pada perkembangannya, Hangeul makin banyak digunakan bahkan pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20. Hangeul terdiri atas 24 huruf dasar dengan 14 konsonan dasar dan 10 vokal dasar. Belajar Hangeul melibatkan belajar bagaimana menggabungkan konsonan dan vokal untuk menghasilkan suku kata dalam bahasa Korea, yang sesuai dengan blok suku kata dalam bentuk tertulisnya. Saat peserta didik belajar Hangeul, mereka juga belajar tentang dasar filosofis, ilmiah, linguistik, dan budayanya. Tiga elemen huruf vokal (•, ㅡ, ㅣ) melambangkan tiga elemen masing-masing dalam kosmologi oriental langit, bumi, dan manusia. Adapun konsonan huruf melambangkan bentuk alat bicara bibir, gigi, lidah, dan tenggorokan.

Bahasa Korea merupakan bahasa aglutinatif. Peserta didik belajar menggabungkan berbagai partikel atau sufiks ke nominal atau kata kerja untuk mengekspresikan berbagai informasi tata bahasa, semantik atau pragmatis. Urutan kata dalam bahasa Korea merupakan subjek-objek-kata kerja (SOV). Namun, peserta didik juga dapat memahami jika urutan kata dalam bahasa Korea adalah fleksibel selama kata kerja ada akhir kalimat. Hal ini bisa dipahami karena secara kontekstual dapat dibiarkan terekspresikan dalam wacana Korea.

Budaya menghormati adalah salah satu fitur penting dalam budaya Korea. Peserta didik yang mempelajari bahasa Korea harus memperhatikan fungsi tindak tutur dan unsur sosial dan budayanya.

Pembelajaran bahasa Korea di tingkat SMA/MA dalam kerangka profil pelajar Pancasila bertujuan agar peserta didik memiliki kebinekaan global denganmemberikan kesempatan bagi mereka untuk membuka wawasan tentang diri, bangsa, dan dunia. Peserta didik yang mempelajari bahasa Korea akan memberi kemampuan dan pengetahuan tentang budaya, etos kerja, dan pola pikir bangsa lain. Selain itu, proses interkultural dapat meningkatkan penghargaan terhadap budaya lain, pemahaman tentang budaya bangsa, memperkuat identitas diri, dan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran bahasa Korea dapat membantu peserta didik untuk siap menjadi SDM yang memahami nilai-nilai Pancasila sekaligus berwawasan global.

Tujuan Pembelajaran

Mata pelajaran bahasa Korea bertujuan untuk memastikan peserta didik:
1. Mengembangkan kompetensi komunikatif dalam Bahasa Korea dengan berbagai teks multimodal (lisan, tulisan, visual, audiovisual).
2. Mengembangkan kompetensi interkultural untuk memahami dan menghargai perspektif, praktik, dan produk budaya Indonesia dan budaya asing.
3. Mengembangkan keterampilan bernalar kritis dan kreatif dalam hal melihat perbandingan bahasa dan budaya antara Indonesia dan Korea.
4. Mengembangkan kepercayaan diri untuk berekspresi sebagai individu yang mandiri dan bertanggung jawab.

Karakteristik

1. Bahasa Korea adalah verb-final language, bahasa yang verbanya selalu berada di akhir kalimat (Iksop, 2006). Bahasa Korea juga merupakan bahasa aglutinatif yang melekatkan bentuk gramatikal untuk menandai fungsi kata dalam kalimatnya.
2. Ruang lingkup materi pembelajaran bahasa Korea disesuaikan dengan kesiapan peserta didik SMA/MA. Capaian pembelajaran bahasa Korea dikategorikan pada fase F, umumnya pada kelas 11 dan 12.
3. Capaian pembelajaran Bahasa Korea mengacu pada kemahiran tingkat dasar yang setara dengan A1 pada CEFR. Tingkat kemahiran dasar itu dapat dipelajari pada jenjang MA/SMA dalam rentang 2 (dua) tahun dan kemahiran yang diharapkan dapat dicapai pada akhir masa pembelajaran adalah setara Topik level dasar (level 1).
4. Pembelajaran Bahasa Korea dilakukan secara terpadu yang mencakup keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis pada satu pertemuan.

Elemen-elemen mata pelajaran serta deskripsinya

Menyimak
Keterampilan untuk menerima informasi, memberikan apresiasi kepada lawan bicara, dan memahami informasi yang didengar, sehingga peserta didik dapat menyampaikan tanggapan secara relevan dan kontekstual. Proses yang terjadi dalam menyimak mencakup kegiatan seperti mendengarkan, mengidentifikasi, memahami, menginterpretasi bunyi bahasa lalu menyimpulkan makna. Kemampuan peserta didik berkomunikasi non verbal yang mencakup seberapa baik menangkap makna (tersirat dan tersurat) pada sebuah paparan lisan.

Berbicara
Keterampilan untuk menyampaikan gagasan, pikiran, serta perasaan secara lisan dalam interaksi sosial secara sederhana. Mampu melakukan percakapan sederhana yang berkaitan dengan rutinitas sehari-hari, seperti meminta bantuan, menggunakan fasilitas publik, berinteraksi dengan lingkungan sekolah, dan tempat tinggal.

Membaca
Keterampilan untuk dapat mengartikulasikan bunyi sesuai dengan aturan pelafalan dalam Bahasa Korea, memahami, menggunakan, dan merefleksi kalimat dan teks sederhana sesuai tujuan dan kepentingannya, untuk mengembangkanpengetahuan dan potensinya.

Menulis
Keterampilan untuk menuliskan kembali kosakata atau kalimat (받아 쓰기), menyampaikan gagasan sederhana, membuat kalimat formal dan informal yang sesuai dengan konteks, serta membuat teks deskripsi, narasi dan teks prosedur sangat sederhana menggunakan aksara Hangeul.